-->

Teori Sosiologi Berdasarkan Max Weber


Max Weber lahir tahun 1864 di Jerman. Ia mendalami ilmu aturan di Universitas Berlin dan Universitas Heidelberg. Tahun 1889, max weber menciptakan disertasi berjudul “a Contribution to the History of Medieval Bussines Organizations”. Karirnya berawal dari dosen ilmu aturan di Universitas Berlin, Universitas Freiburg dan Universitas Heidelberg.
Menjelang final hidupnya, Weber mengajar di Universitas Wina dan Universitas Munich. Ia juga seorang konsultan dan peneliti.

Pengertian sosiologi berdasarkan max weber yakni sociology is a science which attempts the interpretive understanding of social action in order thereby to arrive at a casual explanation of its course and effects (Weber, 1964:88) Definisi tersebut sanggup diterjemahkan bahwa sosiologi yakni ilmu pengetahuan yang mengupayakan pemahaman interpretatif suatu tindakan sosial dalam rangka untuk hingga pada klarifikasi sederhana menyangkut lantaran dan akibatnya. Definisi yang lain sanggup dilihat pada pengertian sosiologi berdasarkan para ahli.

Pandangan Weber berbeda dengan tokoh-tokoh lainya menyerupai Durkheim. Ia berpendapat: Here, then, is a category of facts with very distinctive characteristics: it consists of ways acting, thingking, and feeling, external to the individual, and endowed with a power of coercion, by reason of which they control him … These ways of thingking and acting … constitute the proper domain of sociology (Durkheim, 1965:3-4). Sosiologi dalam pernyataan itu yakni suatu ilmu yang mempelajari apa yang dinamakanya fakta sosial (social fact). Menurut Durkheim, fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang berada di luar individu, dan memiliki kekuatan memaksa yang mengendalikanya.

Berdasarkan pemahaman teori sosiologi berdasarkan max weber, menyanyi di kamar mandi untuk menghibur diri sendiri misalnya, tidak sanggup kita anggap sebagai tindakan sosial. Tetapi menyanyi di kamar mandi dengan maksud menarik perhatian orang lain memang merupakan suatu tindakan sosial. Bunuh diri yang terjadi lantaran tidak sanggup lagi menahan penderitaan penyakit menahun atau lantaran gangguan jiwa bukan tindakan sosial; tetapi bunuh diri untuk menghukum suami yang menduakan atau lantaran rasa aib sesudah melaksanakan kesalahan merupakan tindakan sosial.

Max Weber juga menjelaskan bahwa untuk memahami makna subyektif suatu tindakan sosial maka harus sanggup membayangkan dirinya di daerah pelaku untuk sanggup ikut menghayati pengalamanya. Ini dituangkan dengan pernyataannya: put one’s self imaginatively in the place of the actor and thus sympathetically to participate in his experiences. Weber, 1964:90).

Teori Konflik

Sebagaimana menyerupai yang dijelaskan mengenai sejarah sosiologi, maka sosiologi muncul sesudah terjadi bahaya terhadap dunia yang dianggap nyata; sosiologi muncul sesudah terjadi perubahan fundamental dan berjangka panjang di Eropa menyerupai industrialisasi, urbanisasi, rasionalisasi.

Sosiologi memiliki banyak teori dan paradigma sehingga sosiologi dinamakan suatu ilmu paradigma majemuk. Hal ini merupakan tanggapan mengapa dan bagaimana masyarakat dimungkinkan, dan dikenal dengan nama the persoalan of order. Teori-teori yang mengkhususkan diri pada interaksi sosial mula-mula bersumber pada anutan para tokoh sosiologi klasik dari Eropa menyerupai Simmel dan Weber. Weber memperkenalkan interaksionalisme simbolis dengan menyatakan bahwa sosiologi ialah ilmu yang berusaha memahami tindakan sosial.

Sebagai salah satu tokoh awal dalam sosiologi, karya Weber sering dikaitkan dengan teori sosiologi yang berbeda. Uraian Weber mengenai tindakan sosial sebagai pokok perhatian sosiologi dijadikan dasar bagi pengembangan teori interaksionisme simbolis (Turner, 1978). Weber pun dianggap sebagai tokoh yang memberi pertolongan terhadap fungsionalisme awal (Turner,1978). Namun Weber dianggap pula sebagai penganut teori konflik (Collins, 1968)

Institusi Politik

Ever since the term sociology was first applied to the systematic study of social relationship, the analysis of political processes and institutions has been one of its most important concerns. No sociologist can conceive of a study of society that does not include the political system as a major part of the analisis (Lipset, 1963:ix).

Tampak dari kutipan di atas, sosiologi dipahami sebagai suatu disiplin yang mempelajari korelasi sosial, sosiologi tidak sanggup mengabaikan proses dan institusi politik. Oleh lantaran itu dalam sosiologi dijumpai satu spesialisasi yang mengkhususkan diri pada proses-proses dan institusi-institusi politik, yaitu sosiologi politik.

Weber berkontribusi dalam sosiologi politik, yaitu kajianya terhadap kekuasaan dan dominasi. Menurut weber kekuasaan ialah “the possibility of imposing one’s will upon the behavior of others” (Bendix, 1960: 294). Kemungkinan untuk memaksakan kehendak terhadap sikap orang lain tersebut sanggup dilaksanakan dalam aneka macam bidang kehidupan.

Weber membedakan antara kekuasaan dan dominasi. Menurut weber kekuasaan perlu dibedakan dengan dominasi (herrscharft). Pada dominasi pihak yang berkuasa memiliki wewenang sah untuk berkuasa berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib mentaati kehendak penguasa. Suatu dominasi memerlukan keabsahan (legitimacy), yaitu akreditasi atau pembenaran masyarakat terhadap dominasi tersebut, semoga penguasa sanggup melaksanakan kekuasaanya secara sah. Dalam korelasi ini Weber membedakan tiga jenis dominasi: dominasi kharismatik, dominasi tradisional, dan dominasi legal-rasional. Dengan sendirinya ketiga tipe ini bagi Weber merupakan tipe ideal, sehingga dalam kenyataan empiris tentu akan terjadi penggabungan antara beberapa tipe.

Begitulah uraian singkat pandangan atau teori sosiologi berdasarkan max weber. Pandangan ia akan berupaya kami ungkapkan lebih dalam pada artikel lain di blog tipsserbaserbi ini. Semoga berguna. 

0 Response to "Teori Sosiologi Berdasarkan Max Weber"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel